Rabu, 08 April 2015

Membebaskan Dewi

Membebaskan Dewi

Keisha mengerutkan keningnya memandang hutan karet yang terbentang di hadapannya, dia benar-benar tidak menyangka bahwa tempat KKN-nya benar-benar terpencil. Hampir 40 kilometer dari pusat kota, perjalanan harus ditempuh dengan jalur darat, melewati hutan yang gelap dan jalanan yang jelek tidak beraspal, membuat tubuh mereka berguncang-guncang di perjalanan, di dua konvoi mobil yang mereka naiki. Mereka satu team ada bersepuluh, Keisha sendiri dari Fakultas Ekonomi sedang teman-temannya yang lain berasal dari fakultas yang berbeda-beda.

Sekarang sudah hampir dua bulan Keisha di sini, masa KKNnya sudah hampir habis. Perasaan lega dan puas bercampur aduk di benaknya. Setidaknya dia telah melakukan sesuatu. Penduduk sekarang tahu cara pengolahan sampah organik menjadi kompos, mereka juga telah melakukan daur ulang sampah menjadi sesuatu yang berguna.

Hanya satu yang masih mengganjal, penduduk sekitar sini masih kental aliran kleniknya, yang diwariskan turun temurun dari para tetua kepada penerusnya. Keisha masih sering melihat sesajen di bawah pohon-pohon besar ataupun di
perempatan jalan yang membuat bulu kuduknya berdiri. Dan ada satu lagi yang mengganggunya, penduduk desa kebanyakan baik dan ramah, mereka menganggap Keisha dan group KKNnya seperti keluarga sendiri, tetapi sayangnya.... ada bocah perempuan itu, bocah perempuan kecil berusia tujuh tahun yang dipasung di bagian belakang rumah kepala desa.

Keisha sangat sedih melihatnya. Kenapa pemasungan masih berlaku di sini? Kenapa memperlakukan manusia kecil itu layaknya hewan yang tak berguna? Ini sungguh tidak manusiawi, Ketika pertama kali mengetahui hal ini, Keisha sempat menemui kepala desa dan memprotes.

Kepala Desa hanya menatap Keisha dengan tegas,

"Anak itu, namanya Dewi. Dia dirasuki iblis.... dia ditemukan di atas mayat ibunya yang bersimbah darah, sambil memegang pisau. Kami menduga dia menusuk ibunya sendiri dengan pisau dan membunuhnya. Penduduk ketakutan padanya, dan karena tidak ada lagi keluarganya, penduduk menyerahkannya kepada saya dan meminta saya untuk memasungnya."
"Tetapi dia masih tujuh tahun! memangnya apa yang bisa dilakukan anak tujuh tahun? Lagipula kalian belum bisa membuktikan bahwa dia membunuh ibunya bukan? Bisa saja orang lain yang melakukannya lalu melemparkan dosanya kepada anak kecil yang tidak berdaya? Kalaupun dia membunuh ibunya, kalian tentu saja bisa menyerahkannya kepada yang berwajib biar dia mendapatkan perawatan yang baik bukannya malahan dipasung seperti ini! Ini sungguh tidak berperikemanusiaan! Saya tidak akan membiarkannya!"

Dan Keishapun bertindak, dia mengurus segalanya, menghubungi bagian-bagian terkait di kota untuk membantunya. Temannya di komisi perlindungan anak berjanji akan mengurus Dewi setibanya di kota dan kemudian mengevaluasi kondisi Dewi, kalau memang ada gangguan kejiwaan, Dewi akan mendapatkan perawatan yang terbaik.

Ketika masa KKNnya sudah hampir berakhir, Keisha menyampaikan kemauannya itu kepada kepala desa, semula kepala desa tidak setuju,
Jangan non Keisha, Tidak baik membawa Dewi ke kota, sudah saya bilang dia dirasuki iblis, dia bisa membunuh siapa saja, bukan hanya ibunya. Biarlah dia dipasung di desa ini, kami yang akan menjaga dan mengurusnya supaya tidak melukai orang lain...."

"Saya bisa menuntut anda karena perlakuan tidak baik kepada anak kecil." Keisha menatap kepala desa penuh tekad. Dalam benaknya membayang tentang Dewi, anak kecil itu, dipasung di belakang rumah kepala desa dalam ruangan seperti kandang, bau pesing menyengat di sana, dan pakaian anak itu begitu lusuhnya seolah tidak pernah mandi. Tidak ada yang berani mendekati anak itu, hanya pengurusnya yang melemparkan makanan dan air, itupun dari jauh. Dewi benar-benar diperlakukan seperti hewan. Hati Keisha miris melihat betapa Dewi sebenarnya adalah anak yang cantik, di usianya yang tujuh tahun seharusnya dia bermain dengan teman-temannya, bersekolah atau apapun itu, bukannya malah terpasung hanya karena kepercayaan klenik penduduk desa yang tidak beralasan.

Kepala desa itu menatap tekad Keisha yang menyala-nyala, bahunya melorot dan menyerah, Baiklah non Keisha, anda bisa membawa Dewi keluar dari desa ini, tapi kami semua tidak mau bertanggung jawab akan apapun yang mungkin dilakukan Dewi di luar sana."

"Sepakat." Keisha menyalami kepala desa dengan kepuasan luar biasa. Dia akan membawa Dewi pulang ke kota, besok dan menyelamatkan anak itu.

Ketika dia keluar dari ruang kepala desa, para penduduk rupanya sedang berkumpul di sana, mereka memandang Keisha dengan ketakutan dan ngeri.

"Itu orang yang akan melepaskan anak iblis itu ke kota!" seru salah seorang anak kecil sambil menunjuk-nunjuk Keisha. Para penduduk tampak ngeri, mereka semua berbisik-bisik penuh prasangka, tetapi Keisha tidak peduli, dia melangkah dengan gagah berani, menuju mess tempat groupnya tinggal.

David, pemimpin groupnya menyambutnya di sana dalam senyuman, mereka semua sedang mengemas barang-barangnya untuk kepulangan mereka besok pagi. "Apakah kau berhasil?" tanya David

Keisha menganggukkan kepalanya, "Tentu saja."

David mengelus kepala Keisha dengan lembut, "Hebat. Aku yakin bisa mengandalkanmu. Kita harus membebaskan anak perempuan itu dari perlakukan yang tidak manusiawi.'

Dada Keisha mengembang akan perasaan bangga. Ini jugalah salah satu alasan Keisha mati-matian memperjuangkan pembebasan Dewi, dia merasa sangat senang ketika David memujinya.

David... pipi Keisha bersemu merah, selama beberapa bulan di desa ini, mereka telah begitu dekat, dan Keisha yakin ada percik-percik asmara yang berkembang di sana...

"Ayo bereskan bajumu, besok pagi2 kita mandikan anak itu supaya cukup pantas di bawa ke kota." Diana yang tiba-tiba muncul, salah satu anggota group KKN mereka menepuk pundak Keisha dan tersenyum. Keisha menurut, dia mengemasi barang-barangnya bersama anak-anak lain, mereka semua tertawa dan bercanda, senang bahwa mereka akan pulang ke rumah setelah masa KKN yang menyenangkan ini.

***

Dewi ternyata cantik sekali, setelah Keisha dan teman-teman perempuannya memandikannya, kemudian memberinya baju ganti pinjaman dari Elisa, teman KKN Keisha yang bertubuh cukup mungil, perempuan kecil itu tampak normal dan cantik seperti anak kebanyakan.

Rok yang dikenakannya memang agak kedodoran, dan Keisha serta teman-temannya harus mengoleskan salep ke pergelangan tangan dan kaki Dewi yang lecet-lecet akibat dipasung terlalu lama. Mereka semua mendesah dan mengutuk perlakuan kejam penduduk desa kepada Dewi yang mungil ini.

Setelah semua siap, Keisha dan rombongannya membawa Dewi ke mobil. Semua penduduk tampaknya bersembunyi ketika tahu baha Dewi dilepaskan dari pasungannya, desa tampak lengang, bahkan tidak ada satupun orang ataupun anak-anak yang biasanya melewatkan hari di teras ataupun di jalanan, desa itu layaknya desa kosong tak berpenghuni.

Walaupun begitu, Keisha masih bisa melihat wajah-wajah ketakutan penuh ingin tahu mengintip dari jendela rumah ketika Keisha lewat bersama Dewi. Dalam hatinya Keisha mencibir, begitu dalamkah kepercayaan mereka akan klenik sehingga ketakutan dengan anak kecil yang lemah dan tidak berdaya ini? Sampai-sampai memasung anak tanpa dosa ini?

Hanya kepala desa yang berdiri di sana dan melepas mereka, dia melirik ke arah Dewi yang diam dengan pandangan kosong, lalu menatap takut-takut ke arah David,

"Kalian... eh... kalian tidak mengikatnya?"

Keisha langsung tersinggung, hendak menyemprot kepala desa itu, tetapi untunglah David menahan Keisha, dia bergumam duluan, Kami rasa dia tidak berbahaya pak." jawab David meyakinkan. Kepala desa itu mundur selangkah seolah takut terciprat tulah ketika Dewi lewat untuk memasuki mobil, dia ikut rombongan depan, duduk di sebelahku, sekali lagi Keisha mencibir melihat tingkah kepala desa itu.

***

Dua mobil rombongan team KKN itupun melaju meninggalkan desa terpencil itu. Semuanya mendesah lega antara penat dan bahagia karena sudah menyelesaikan tugas dan akan pulang untuk bertemu keluarga masing-masing. David menyetir dan tersenyum melihat Dewi yang setengah tertidur dalam pelukan lengan Keisha.

"Kasihan sekali dia ya." gumam David diikuti anggukan teman-teman yang lain yang ada di dalam mobil.

Keisha menghela napas panjang, melirik ke arah sosok mungil Dewi yang tertidur pulas dengan wajah polos. Hati Keisha ngeri membayangkan betapa kejamnya penderitaan yang harus dialami Dewi selama dalam pasungan. Yang penting kita sudah menyelamatkannya." gumam Keisha, mengelus lembut rambut panjang Dewi dengan penuh rasa sayang.

***

Karena sudah menjelang tengah malam dan perjalanan belumlah separuhnya, seluruh rombongan memutuskan untuk menginap di desa kecil yang mereka lalui. Beruntung, desa itu merupakan tempat wisata pemancingan dan permandian air panas, sehingga banyak penginapan tersedia. Lagipula ini bukan musim liburan sehingga banyak sekali kamar kosong karena tidak ada pengunjung yang datang.

Mereka memutuskan menyewa satu paviliun besar yang terdiri dari empat kamar. Di malam harinya bukannya tidur, malahan mereka berkumpul dan bercanda di ruang tengah paviliun, sambil bermain gitar dan menonton film di televisi. Selama itu, Dewi selalu ada di sebelah Keisha, dan mengekornya. Sampai kemudian Keisha melihat Dewi menguap berkali-kali. Aku akan mengantar Dewi tidur, kasihan dia sudah mengantuk." Keisha beranjak sambil bergumam kepada teman-temannya yang masih asyik menonton film dan mengobrol. Dia lalu mengehela Dewi ke sebuah kamar yang tersedia.

Dengan lembut dibaringkannya Dewi ke atas ranjang, dia sendiri duduk di kursi di samping ranjang, mengelus dahi anak perempuan kecil itu, dan menyanyikan nina bobo. Mata Dewi lama-kelamaan meredup, dan kemudian terpejam, tenggelam dalam tidur yang pulas.

Keisha sendiri merasa mengantuk dan lelah. Dia merebahkan kepalanya ke pinggir ranjang dan terlelap.

***

Keisha terbangun. Entah kenapa.

Sejenak mengernyit oleh suasana hening yang pekat. Tidak ada lagi suara tawa dan obrolan anak-anak, tidak ada lagi suara gitar yang dipetik dengan senandung yang ceria. Mungkin semua sudah tertidur pada akhirnya....

Keisha megerutkan keningnya ketika melihat betapa gelapnya kamar ini, juga bagian ruang tengah, semua gelap. Apakah mati lampu?

Ketika Keisha berdiri, dia semakin terkejut karena ranjang tempat Dewi tadinya berbaring kosong, kemana Dewi?

Tiba-tiba Keisha merasa cemas, takut Dewi keluar sendirian untuk ke kamar mandi, lalu tersesat. Semoga Dewi sedang tidur bersama salah satu teman perempuannya.

Keisha melangkah keluar kamar, ruang tamu yang terang benderang sekarang gelap pekat, dia memincingkan matanya, mencoba menyesuaikan diri dengan ruangan gelap itu. Untunglah pengelihatan perempuan lebih bagus dari pria di saat gelap, dalam sekejap Keisha bisa melihat bayangan teman-temannya yang tertidur di ruang tamu. Mungkin mereka terlalu kelelahan sehingga tidak tidur di kamar, melainkan langsung tidur di ruang tamu. Empat teman perempuannya, Elisa, Diana, Nita dan Carla tampak tertidur sambil duduk di atas sofa besar di depan televisi. Sementara teman-teman lelakinya tertidur di lantai yang dilapisi karpet, bergelimpangan tak karuan , membuat Keisha geli, Dasar laki-laki! gumamnya dalam hati sambil mencari-cari sosok David di sana.

Keisha menemukan David, lelaki itu bergelung di dekat tembok, dengan senyum, Keisha mendekat, dia bisa pura-pura tidur di dekat David malam ini, besok pagi mereka pasti akan bangun berpelukan dan saling melempar senyum malu-malu. Keisha jadi melupakan tujuannya untuk mencari Dewi dan berpikir anak kecil itu pasti ada di salah satu kamar dan tertidur lagi, mungkin dia bangun untuk ke kamar kecil dan masuk ke kamar yang salah.

Ketika ada di dekat David, Keisha berjongkok untuk mencari posisi yang nyaman, tangannya menyentuh karpet dan dia mengernyitkan kening.

Basah....
Keisha mendekatkan cairan yang membasahi tangannya ketika menyentuh karpet itu ke hidungnya dan langsung mengernyit, aroma khas menyentuh hidungnya, aroma amis seperti karat dan besi itu.... Darah!

Keisha panik, dia menyentuh pundak David dan mengguncangnya untuk membangunkannya, tetapi David tidak bangun juga, dengan keras Keisha mencoba membalikkan tubuh David yang meringkuk menghadap tembok, dan dia terpana....

David terbaring dengan mata membelalak, tubuhnya lunglai, dan diperutnya...

ada luka menganga bersimbah darah yang membasahi seluruh bagian depan tubuhnya dan mengalir ke karpet. Keisha menjerit keras-keras di kegelapan, dia berlari ke arah teman-teman lainnya.

Semua teman laki-lakinya yang terbaring di lantai serupa dengan David, mereka terbaring mati dengan luka yang mengalirkan darah. Keisha berlari ke arah teman-temannya di sofa, dan dia menjerit lagi menemukan keadaan mereka tak kalah mengerikannya. Semuanya mati, semuanya terluka di bagian perut, luka yang masih mengucurkan darah segar... luka itu.. bekas tusukan pisau berkali-kali...darah mengucur di mana-mana membasahi sofa, membasahi karpet...

Keisha berlari ke arah pintu, panik ketika menemukan pintunya terkunci, dia menggedor-gedornya berteriak meminta tolong tetapi suasana di luar begitu senyap.

Kenapa tidak ada yang menolongnya??

Keisha menjerit-jerit sampai suaranya serak, berusaha membangunkan siapapun yang berada di dekat penginapan ini.

"Sttttt..."
Lalu suara itu terdengar, membuat Keisha menolehkan kepalanya dengan takut, dalam kegelapan, dia melihat sosok Dewi berdiri di sana. Ujung jarinya di taruh di depan bibirnya, sebagai isyarat agar Keisha diam... dan... di sebelah tangannya yang lain, teracung pisau besar yang berkilat-kilat terkena cahaya bulan yang menembus jendela.

Pisau itu berlumuran darah....

END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar